![]() |
Haul Syeikh Abdul Qadir Al Jailani di MT Darussyakirin Martapura |
Kamis 4 Februari 2016 atau 24 Rabi’ul Akhir 1437 H di Majelis Ta’lim Darussyakirin atau yang lebih dikenal dengan pengajian Guru Syukeri di Antasan Senor Ilir Martapura. melaksanakan Haul Syeikh Abdul Qadir Al Jailani
Semula saya bersama Pa Ibad dan Pa Agus ditugaskan meliput di acara pencanagan Kampung KB di Sei Tiung, tiba-tiba berubah ditugaskan untuk meliput di kegiatan haul ini, karena Sekretaris Daerah menghadirinya. Kamipun berangkat, para jamaah sebagian besar sudah memadati ruangan, jamaah tidak hanya datang dari daerah setempat tetapi ada juga yang datang dari luar daerah, seperti dari Kalimantan Tengah.
Kamipun masuk, melihat tamu undangan yang datang dan duduk di podium utama, ternyata salah satunya adalah orang penting di Negeri ini, yaitu KH. Ma’ruf Amin Ketua MUI Pusat. Beliau menjadi penceramah dalam haul tersebut. Sebagai seorang Ketua MUI, apa yang beliau sampaikan tidak jauh dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa dan umat sekarang ini.
Beliau menjelaskan pentingnya aqidah dalam kehidupan, kemudian hati-hati dalam memahami aqidah yang ada sekarang ini. Kita ketahui, kita adalah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Tetapi Ahlu Sunnah Wal Jama’ah tidak hanya ada satu, tetapi setidaknya ada 3 yang mengakuinya. Yaitu Ahlu Sunnah Wal Jama’ah Wahabiah, Salafiah, dan seperti kita Nahdhiyyah.
Apa itu Ahlu Sunnah Wal Jama’ah Nahdhiyyah? yaitu orang yang bermazhab Imam yang 4, Manhajnya As’ariyah, Matudiyah. Dan Taswufnya Imam Al Ghazali, Junaid Al Baghdadi. Golongan ini juga merupakan wujud dari Islam Moderat: Islam yg damai, santun, tidak keras, tidak memaksa. Inilah Islam seperti apa yg diajarkan oleh Rasulullah Saw. Islam moderat mengajarkan 3 ukhuwaah, yaitu ukuwah islamiyah sebagai umat beragama dan hamba yang taat kepada Allah dan RasulNya. Kemudian ukhuwah wathaniah, yaitu kita sebagai manusia yang hidup berbangsa dan bernegara. Dan yang terakhir, ukhuwah insaniah, karena kita sebagai insan yang hidup saling berdampingan dan saling membutuhkan. Jika 3 ukhuwah ini dibangun dan diwujudkan bersama, maka tidak ada perang, ribut, dan hanya akan lahir kedamaian.
Dalam cermahnya, Beliau juga menyinggung “Gafatar” yang merupakan organisasi yang berasal dari organisasi pimpinan Ahmad Mushaddeq yang berganti-ganti nama hingga terakhir ini menjadi Gafatar. Gafatar ini didirikan untuk mendirikan negara di dalam negara, Beliau juga mengistilahkan ajrannya dengan “mengoplos agama” atau menggabungkan ajaran agama, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam. Secara sederhana, Agama yang dibangun adalah Agama yang ada pada zaman Nabi Iberahim. Selanjutnya ke zaman Jahiliyah hingga Fathul Makkah, dan akhirnya terbentuk Khilfah. Hal ini seolah-olah seperti meinstal ulang komputer, bahkan kembali ke generasi pertama komputer. Padahal zaman sudah jauh berbeda, bahkan sudah disempurnakan.
Beliau juga menyinggung terkait pemahaman yang menyimpang namun tidak sampai kepada ajaran yang menyimpang. Seperti Salafi dan Wahabi yang memahami agama secara kontekstual atau hanya berdasarkan Nash (Al-Qur’an wal Hadits), sementara yang lainnya adalah Liberal, yaitu terlalu berebihan memahami Nash. Seperti mempermasalahkan perkawinan beda Agama (khusuanya bagi wanita muslim), karena hal ini merupakan diskriminasi. Kemudian adanya keinginan untuk mengamandemen Al-Qur’an, mereka beranggapan mashlahat lebih utama daripada Nash.
Beliau bersyukur dengan adanya Majelis Ta’lim, Ma’had, Zawiyah sepet ini yang merupakan benteng dalam menghadapi keadaan seperti sekarang, atau menghadapi ajaran-ajaran atau pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai. Perlu diketahui, Islam di Indoneaia tetaplah banyak, tetapi prosentasinya turun, ini menjadi perhatian kita bersam. Beliau mengharapkan, para jamaah agar tetap menjaga semangat untuk menuntut Ilmu dan menghadiri Majelis-majelis yang banyak memberikan manfaat dan sebagai pegangan hidup.
awesome