,

Hakikat dan Makna Liburan

by -5422 Views

Mengutip dari tulisan Prof Mujiburrahman (Prof Mujib), tanggal 21/12/2020 di SKH Banjarmasin Post, bahwa liburan menjadi kebutuhan, karena manusia membutuhkan jeda atau istirahat dari rutinitas, dan itu alamiah. Bahkan tidak sedikit yang menjadikan liburan sebagai gaya hidup, artinya liburan tahunan dipersiapkan jauh-jauh hari, bahkan dipersiapkan setahun sebelumnya.

Menurut Prof Mujib, hakikat liburan adalah istirahat dari rutinitas. Dalam Al-Qur’an QS 78:9, “Waja’alna naumakum subata” Artinya Kami jadikan tidurmu sebagai istirahat. Jika demikian, maka setiap hari kita sudah menjalani atau mendapatkan liburan.

Namun kini, liburan tidak sekedar berarti istirahat, orang bisa menyebutnya “Piknik” yang berati bepergian ke suatu tempat di luar kota untuk bersenang-senang, dengan membawa bekal dan sebagainya.

Liburan bisa juga berarti “tamasya” yang berasal dari Bahasa Arab yang berarti jalan-jalan menikmati pemandangan dan keindahan alam.

Liburan bisa juga berarti rekreasi, yang diserap dari kata Bahasa Inggris “recreation” yang berarti menciptakan kembali, menyegarkan ulang badan dan pikiran.

“Liburan adalah hiburan. Liburan adalah keluar atau bahkan lari dari kebosanan. Liburan adalah kesempatan untuk bebas-lepas dari tekanan hidup yang menghimpit penuh persaingan,” tulisnya.

Namun perlu diingat, bahwa hakikat liburan adalah istirahat dari kerja dan rutinitas, yang diharapkan setelah liburan kita dapat kembali fresh, bergairah, dan bersemangat.

Jangan sampai, setelah liburan kita mendaptkan tambahan beban. Misalnya, liburan yang membutuhkan biaya atau menjadikannya sebagai gaya hidup yang gaya-gaya an, sehingga untuk memenuhi hasrat dan gaya hidup berlibur seperti kebanyakan orang, bisa saja kita berhutang maupun menjual aset yang kita miliki untuk berlibur, yang kemudian kita bisa memamerkan liburan kepada khalayak maupun teman atau rekanan, atau sekedar pamer di Medsos.

Pulang liburan, bukan berarti senang dan gembira, tetapi malah memiliki beban yang ada hutang. Atau juga, orang yang kaya atau mampu menghabiskan uangnya untuk liburan secara berlebihan untuk hal-hal yang tidak berguna bahkan bisa merusak hidupnya, yang akhirnya menjadi sumber petaka.

Karena liburan menjadi kebutuhan bukan keharusan, kita harus pandai merencanakannya jika ingin berlibur panjang bersama keluarga. Bagi kita sebagai seorang Muslim, bisa merencakan liburan sambil beribadah, sehingga liburannya bermanfaat dan bernilai ibadah (Insyaallah), seperti umrah. Jangan sebaliknya, beribadah sambil liburan, karena bisa jadi ibadahnya tidak serius atau nilainya tergerus.

Selamat berlibur, selamat beristirahat, semoga kita selalu sehat, dan dapat terus mengabdi memberikan manfaat.

Roniansyah,S.Pd

Responses (2)

  1. Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.

  2. Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.