bingkaibanua.com Adilkah babak adu penalti dalam sepakbola?
Pasca babak adu penalti antara Prancia vs Swsiss di babak 16 besar Euro 2020, terlintas dipikiran bahwa adilkah babak adu penalti ini?
Hal pertama yang membuat adanya pertanyaan ini, adalah melihat kedua kiper dari kedua tim, yaitu Lloris dan Yan Sommer yang bersiap-siap menjaga gawangnya dari para algojo penalti.
Di babak ini kita akan melihat 1 orang kiper akan menghadapi 5 penendang penalti yang dipersiapkan. Penendang bisa bertambah jika didapat hasil imbang dari 5 penendang prnalti pertama.
Di sini saya melihat adanya ketidakadilan terhadap kiper atau penjaga gawang.
Kedua, drama yang tersaji di babak final Europa League yang mempertemukan antara MU vs Villareal. Dalam laga ini harus diselesaikan lewat adu penalti karena pertandingan di waktu normal dan babak tambahan berakhir imbang. Tidak hanya harus diselesaikan dengan adu penalti, adu penaltinya juga harus diselesaikan oleh semua pemain, termasuk kedua kiper yang harus menendang penalti karena hasil yang didapat imbang.
Sialnya, kiper MU David Da Gea yang gagal yang membuat MU memgubur mimpinya untuk menjadi jawara.
Di sini kita melihat ketidakadilan yang dihadapi kiper, selain berhadapan dengan 10 penendang penalti, ia juga menjadi penendang penalti dan menjadi penentu.
Untungnya ada yang gagal, jadi ada yang berhasil menang. Ini pertama dalam sejarah sepakbloa, terutama seumur hidup saya baru menyakisan babak adu penalti yang harus melibatkan seluruh pemain termasuk kiper.
Kejadian yang sangat langka. Bisa dibayangkan, apa yang terjadi seandainya hasilnyapun imbang, kita belum tahu atau belum ada terjadi dalam sejarah sepakbola.
Ketidakadilan selanjutnya, bagaimana jika dalam sebuah tim ada pemain yang terkena kartu merah, sehingga jumlah pemain tidak sama antar kedua tim. Bagaimana kalau ini terjadi di laga MU vs Villareal?
Memang harus kita akui, babak adu penalti merupakan solusi terbaik saat ini. Dulu, sebuah pertandingan yang berakhir imbang maka akan diulang untuk mencari pemenang.
Selanjutnya sistem diubah dengan adanya babak tambahan waktu (extra time) dengan sistem golden goal, dimana pertandingan akan berakhir jika ada tim yang berhasil mencetak gol di masa extra time tersebut.
Sistem inipun direvisi karna dianggap sangat menyakitkan, terutama bagi Italia yang kalah dari Francis di final Euro 2000 berkat golden goal Trezeguet. Sistem kemudian diubah dengan silver goal atau menyelesaikan extra time pertama atau kedua sebelum dilanjutkan ke babak adu penalti.
Sistem inipun kembali diubah dengan menyelesaikan extra time secara penuh atau 2×15 menit, jika berakhir imbang akan dilanjutkan ke babak adu penalti.
Meski ada ketidakadilan dalam babak adu penalti, tapi akan sulit untuk merubah sistem ini untuk mencari sang jawara.
Kita lihat saja, apakah ini juga dipikirakn oleh para operator sepakbola, dalam hal ini FIFA dan operator sepakbola di bawahnya.
Lantas kalau tidak ada babak adu penalti, bagaimana dengan sistem penggantinya? (Foto: bola.com)
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.