Contoh kasus seorang yang teronfirmasi positif. Sebelumnya ia ditracking dan dilakukan rapid test karena ada terjadi kontak terhadap pasien yang berstatus PDP. Hasil rapid testnya adalah reaktif kemudian ditindak lanjuti dengan pemeriksaan swab.
Dengan keterbatasan kemampuan laboratorium di Kalsel yang dapat menguji sampel spesimen, maka konfirmasi hasil swabnya cukup lama diterima, sekitar 1 minggu lebih. Setelah diterima, terbukti hasilnya positif terpapar Covid-19, dan keesokan harinya dikarantina secara khusus.
Dalam masa karantina, setelah 10 hari masa perawatan, ia kembali diambil sampel swabnya untuk diuji kesembuhan. Pengambilan sampel ini dilakukan 2 kali dalam 2 hari berturut-turut, karena indikator kesembuhan dari Covid-19 adalah hasil uji spesimen dengan metode PCR sebanyak 2 kali berturut-turut hasilnya negatif.
Setelah sampel spesimen diambil, ia menunggu hasilnya lebih dari 10 hari lagi. Bisa dikatakan ia sempat stres atau bosan karena lamanya menunggu hasil laboratorium. Tidak lama setelah 10 hari menunggu, hasil laboratorium pun keluar, dan hasilnya nagatif yang artinya ia dinyatakan sembuh.
Dari kejadian ini, bagaimana kita melihat rentan waktu menunggu hasil laboratorium yang menentukan keadaan seseorang, belum lagi dampak yang ditimbulkan. Bukan tidak mungkin ia dapat terinfeksi lagi karena dalam masa tunggu hasil kesembuhan, ia masih berada di tempat karantina.
Disinilah peran vital dari laboratorium dalam penanganan kasus Covid-19
Oleh: Roniansyah,S.Pd