JAKARTA – Pemprov Kalsel saat ini sudah menyiapkan lahan seluas 300 ribu hektare. Ketersediaan lahan tersebut tidak mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Hal tersebut sebagaimana dikatkan oleh Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor dihadapan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, pada forum diskusi media kesiapan daerah untuk menjadi Ibukota Negara yang digelar oleh Kantor Staf Presiden (KSP), Senin (6/5) Pagi.
Pemerintah melalui kementerian terkait terus melakukan kajian komprehensif soal rencana pemindahan Ibukota.
Salah satu langkah penting yang dilakukan adalah menggelar forum diskusi menghadirkan para kepala daerah yang provinsi yang terpilih menjadi kandidat sebagai ibukota pengganti Jakarta.
Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor Memaparkan Potensi dan Kesiapan Kalsel untuk Menjadi Ibukota Negara di Jakarta / foto: humas kalsel |
Melalui Kantor Staf Presiden (KSP) digelar diskusi media dengan mengundang 4 kandidat daerah, yakni Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat.
Dalam forum tersebut, masing- masing kepala daerah diberikan kesempatan memaparkan kesiapan dan keunggulan daerahnya di depan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro.
Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor, misalnya, dalam presentasinya lebih menekankan pada aset vital yang telah dimiliki Kalsel, di samping keuntungan faktor geografis dan budaya masyarakat yang hidup berdampingan.
Konsep yang ditawarkan Kalsel, sebut Paman Birin sapaan akrabnya, akan berbeda dengan daerah lainnya. Sebab daerah Kalsel dikenal penghasil batu mulia kelas dunia itu memiliki sarana dan prasarana penting atau aset strategis utama.
“Kalsel berada di tengah-tengah Indonesia, yang ke depanya diharapkan dapat menyeimbangkan pembangunan di kawasan Barat dan Timur Indonesia,” terangnya.
Dari sisi geografis, Kalsel dilewati oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II. Dimana, difungsikan sebagai jalur pelayaran Internasional.
Selain itu, Kalsel juga bebas dari ancaman gempa dan gunung berapi, karena tidak berada pada jalur ring of fire.
Dari segi aspek pertahanan dan keamanan, Kalsel relatif aman, dengan posisi berada di tengah-tengah NKRI. Memiliki akses darat, udara, dan laut serta tidak berbatasan secara langsung dengan negara tetangga, sehingga aman dari ancaman negara-negara tetangga atau negara lain.
Selanjutnya, dari kepadatan penduduk, Kalsel relatif rendah dengan tingkat kepadatan 108,8 jiwa perkilometer, menjadi pertimbangan untuk kemudahan pengaturan tata ruang.
Masyarakat Kalsel terdiri dari beragam etnik suku bangsa, yaitu suku banjar, jawa, bugis, dayak, madura, mandar, suda, tionghoa, arab, batak dan bali. Dengan tingkat toleransi masyarakat yang sangat ramah dan baik.
Gubernur mengatakan, Pemprov Kalsel saat ini sudah menyiapkan lahan seluas 300 ribu hektare. Ketersediaan lahan tersebut tidak mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Sedangkan ketersediaan infrastruktur juga menjadi poin penting dalam mendukung pemindahan ibukota Negara ke Kalsel.
Di Kalsel sudah tersedia Bandara Syamsudin Noor yang sebentar lagi berstatus internasional. Tiga bandara lokal lainnya, akni Bandara Stagen di Kotabaru, Bandara Bersujud di Batulicin dan Bandara Warukin di Tanjung.
Pelabuhan nasional dan adanya potensi pelabuhan laut dalam, tersedia jalur jalan nasional lintas Kalimantan, rencana pembangunan kereta api dan sudah tersedia trase jalan bebas hambatan.
Bahkan, Gubernur Kalsel menggambar posisi pusat pemerintahan yang berada diantara dataran tinggi dan laut. Dataran tinggi berada di belakang merupakan gambaran untuk daerah resapan air.
Diakhir diskusi tersebut, Paman Birin menyebut Kalsel bukan hanya singkatan dari Kalimantan Selatan, tetapi Kalsel itu juga Kalian Selamat.(syh/bdm/rr/bingkaibanua)